Sejarah

Sejarah GKJ Condongcatur berawal dari berdirinya Pepanthan Karangasem GKJ Ambarrukma. Warga jemaat pepanthan yang semula berjumlah 9 keluarga—terdiri dari 12 warga dewasa dan 16 warga anak—terus berkembang. Karena itu, Majelis GKJ Ambarrukma pun memutuskan untuk membeli tanah milik keluarga Djojosumarto di Dusun Karangasem guna membangun tempat ibadah bagi warga pepanthan. Pembangunan tempat ibadah tersebut dimulai pada tahun 1969 dan mulai digunakan untuk kali pertama pada Ibadah Minggu, 11 April 1971.

Pada tahun 1976, Perumnas Condongcatur yang terletak di sebelah selatan Dusun Karangasem mulai dibangun. Dua tahun kemudian, yakni pada tahun 1978, Perumnas Condongcatur selesai dibangun dan mulai dihuni. Di antara warga perumnas ternyata terdapat tidak kurang 52 keluarga Kristen yang dari beragam denominasi gereja. Termasuk di antaranya adalah keluarga Pdt. Em. Probowiyono.

Berkat pelayanan Pdt. Em. Probowiyono, tidak sedikit di antara keluarga-keluarga Kristen tersebut yang kemudian bergabung dan beribadah di Pepanthan Karangasem. Dampaknya, Ibadah Minggu di Pepanthan Karangasem yang semula dilaksanakan satu kali harus dilaksanakan dua kali, yakni pukul 06.30 dan 08.30.

Tiada dinyana, pihak Perum Perumnas ternyata menyediakan lahan bagi tempat ibadah, termasuk juga gereja, di lingkungan Perumnas Condongcatur. Tepatnya di Jalan Wijayakusuma. Menyikapi perkembangan ini, Majelis GKJ Ambarrukma segera membentuk Panitia Pembangunan Gereja, yang mulai melaksanakan pembangunan pada tanggal 30 Maret 1981.

Sejarah Tahun 1976 - 1980
Gedung Pepanthan Karangasem sebelum difungsikan sebagai SMPK/SMAK Condongcatur
Sejarah Tahun 1976 - 1980
Pdt. Em. Probowiyono, tokoh penting dalam awal pelayanan

Selanjutnya, dalam sebuah rapat yang diselenggarakan pada tanggal 18 Juni 1981, Majelis Pepanthan Karangasem memutuskan untuk memindahkan tempat ibadah dari Dusun Karangasem ke Condongcatur. Perpindahan ini ditandai dengan penyelenggaraan ibadah perdana di tempat ibadah Condongcatur pada 5 Juli 1981. Sejak saat itulah nama Pepanthan Karangasem berubah menjadi Pepanthan Condongcatur.

Tiga tahun kemudian, yakni pada 5 Juli 1984, Pepanthan Condongcatur didewasakan menjadi GKJ Condongcatur. Ketika itu jumlah warga jemaat GKJ Condongcatur adalah 348 jiwa, yang terdiri dari 85 kepala keluarga, 181 warga dewasa, dan 167 warga anak.

Di antara warga jemaat GKJ Condongcatur memang terdapat tiga orang yang berjabatan gerejawi sebagai pendeta, yakni Pdt. Em. Probowiyono, Pdt. Harsoyo, dan Pdt. Djaka Soetapa. Kendati demikian, Pdt. Purwanto Rahmat, selaku pendeta konsulen menganjurkan bahwa seyogianya GKJ Condongcatur memiliki pendeta jemaat sendiri.

Mencermati anjuran tersebut, Majelis GKJ Condongcatur pun segera melaksanakan pemanggilan pendeta. Salah satu bakal calon pendeta yang dipanggil ketika itu adalah Sdr. Djunarso Kartika Hadi, yang pada akhirnya terpilih menjadi calon pendeta melalui pemilihan yang dilaksanakan pada Ibadah Minggu, 15 November 1987. Setelah melalui serangkaian tahapan pembimbingan dan masa vikariat, bertepatan dengan hari ulang tahun kelima GKJ Condongcatur, yakni pada 5 Juli 1989, Sdr. Djunarso Kartika Hadi ditahbiskan sebagai pendeta jemaat pertama GKJ Condongcatur.

Seiring dengan munculnya beberapa perumahan baru—seperti Perumnas Minomartani, Perumahan Jambusari Indah, serta Perumahan Candi Gebang Permai—jumlah warga jemaat GKJ Condongcatur pun terus bertambah. Perkembangan jumlah warga jemaat ini melatarbelakangi didirikannya Pepanthan Minomartani GKJ Condongcatur pada 22 Mei 1988, yang kemudian didewasakan menjadi GKJ Minomartani pada 28 Juli 2002.

Sejarah Tahun 1980 - 1990
Masa Pembangunan Gereja GKJ Condongcatur
Sejarah Tahun 1980 - 1990
Penahbisan Pdt. Djunarso pada 5 Juli 1989
Sejarah Tahun 1980 - 1990
Pdt. Purwanto Rahmad ketika pertemuan dengan para majelis GKJ Condongcatur

Dalam rangka memfasilitasi pelayanan kepada warga jemaat yang terus berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas, dilaksanakanlah renovasi kompleks gedung gereja GKJ Condongcatur. Renovasi tersebut selesai pada tahun 2015 dan GKJ Condongcatur pun telah memiliki kompleks gedung gereja yang semakin representatif—ruang ibadah yang semakin lapang dan gedung tiga lantai yang dilengkapi dengan ruang konsistori, kantor gereja, ruang-ruang serbaguna, juga rumah tinggal pekarya gereja.

Sejatinya, sejak tahun 2000, Majelis GKJ Condongcatur telah merencanakan untuk memulai proses pemanggilan pendeta jemaat kedua pada tahun 2017, yakni lima tahun sebelum Pdt. Djunarso Kartika Hadi memasuki masa emeritus. Ternyata proses tersebut berlangsung lebih cepat. Pada tahun 2015, Sdr. Risang Anggoro Elliarso bersedia menjadi tenaga wiyata bakti sejak 01 Juni 2015. Selanjutnya, Sdr. Risang Anggoro Elliarso terpilih sebagai calon pendeta dalam pemilihan yang dilaksanakan pada Ibadah Minggu, 11 Desember 2016. Akhirnya, setelah melalui serangkaian tahapan pembimbingan dan masa vikariat, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-34 GKJ Condongcatur, yakni pada 5 Juli 2018, Sdr. Risang Anggoro Elliarso pun ditahbiskan sebagai pendeta jemaat kedua GKJ Condongcatur.

Sejarah Era 2000-an
Ibadah Emeritasi
Sejarah Era 2000-an
Penahbisan Pdt. Risang Anggoro Elliarso